Kewajiban dan Berbuat Baik Kepada Tetangga


Dalam pengajian ini, Kyai Ali Mustofa Said membahas pentingnya berbuat baik pada tetangga dan memiliki kewajiban terhadap mereka. Allah berfirman agar kita menyembah-Nya dengan baik dan tidak mempersekutukan-Nya dengan berbuat baik pada orang tua, kerabat, yatim, tetangga dekat maupun jauh, teman dekat, ibu sabil, dan hamba sahaya.

Agama terdiri dari dua hal penting, yaitu berbuat baik kepada Allah dan berbuat baik kepada makhluk-Nya. Nabi diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Jika seseorang rajin beribadah tetapi kurang baik dalam berinteraksi dengan sesama, ibadahnya tidak akan diterima. Sebagai contoh, ibadah Ramadhan tidak akan diterima jika tidak disertai dengan ibadah sosial seperti membayar zakat. Bahkan, meninggalkan puasa pun bisa digantikan dengan ibadah sosial seperti membayar fidyah. Manfaat dari sholat pada akhirnya adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Rasulullah sering kali menekankan pentingnya berbuat baik pada tetangga. Bahkan, ada penggalan hadis yang menyatakan bahwa tetangga juga memiliki hak waris. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik pada tetangga, karena kita sebagai manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Sebuah kitab juga menyebutkan bahwa pakaian yang kita kenakan melibatkan banyak orang dalam prosesnya, mulai dari petani kapas, pemintal, pengangkut, hingga penenun. Dengan menyadari hal ini, kita akan menghargai berapa banyak orang yang membantu hidup kita.

Cara bersyukur kepada Allah adalah dengan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang membantu memenuhi kebutuhan kita. Derajat manusia ditentukan oleh bagaimana ia memperlakukan orang lain. Orang-orang yang agung seperti para nabi dan wali tinggi dianggap mulia di hadapan Allah karena sikap baik mereka terhadap sesama. Para nabi dan rasul selalu mendoakan banyak orang setiap harinya.

Rasulullah pernah mengatakan bahwa jika seseorang memasak dan ada kuah dalam masakannya, maka ia harus memperbanyak kuahnya dan membagikannya kepada tetangga. Semua rasul yang diutus oleh Allah memiliki hati yang lapang, bukan hanya karena banyaknya ibadah yang mereka lakukan, tetapi juga karena kebaikan mereka terhadap orang lain. Saat berdoa memohon ampunan, tidak hanya untuk diri sendiri, sebaiknya juga untuk orang lain. Semakin kita peduli terhadap orang lain, derajat kita akan semakin tinggi di hadapan Allah.

Kyai Anwar Lirboyo, contohnya, jika ia memiliki acara pernikahan besok pagi, ia akan mengundang tetangganya terlebih dahulu pada malamnya agar mereka senang dan tidak ada yang terlewatkan mendapatkan jamuan. Nabi Yakub juga mengalami cobaan kehilangan Nabi Yusuf dan buta karena ada riwayat yang menyebutkan bahwa saat Nabi Yakub mengadakan pesta dan menyembelih kambing, ada keluarga yatim yang kelaparan dan hanya mencium aroma masakan, sehingga membuat mereka merasa sedih.

Rasulullah pernah mengatakan bahwa iman seseorang tidak akan sempurna jika tetangganya tidak aman dari perbuatan buruknya. Dalam perspektif fiqh, memelihara sapi di kandang pribadi dengan memperhatikan bau dan tanpa menimbulkan penyakit diperbolehkan, tetapi dalam tasawuf hal ini tidak dianjurkan. Kita tidak boleh berbuat buruk pada orang lain karena tindakan tersebut dapat menghabiskan amal ibadah kita. Doa tetangga yang terzalimi pun akan didengar oleh Allah. Berbuat baik pada tetangga mencerminkan iman seseorang. Semakin kuat iman seseorang, semakin baik pula akhlaknya terhadap orang lain. Dalam riwayat Muslim, disebutkan bahwa orang yang tidak aman dari perbuatan buruk terhadap tetangganya, imannya tidak akan masuk surga.


Rasulullah juga pernah mengingatkan para wanita yang menjadi tukang masak untuk berbuat baik pada tetangga dan memberi makanan, meskipun hanya kulit dan tulang. Rasulullah juga mengajarkan untuk meminjamkan barang kepada tetangga yang ingin meminjam alat-alat rumah tangga. Abu Hurairah, salah seorang sahabat Nabi, bahkan bersumpah bahwa jika ada tetangga yang meletakkan barangnya di pundaknya, ia akan melakukannya karena itu merupakan perintah Rasulullah.

Ketika kita meninggal dunia, banyak tetangga yang terlibat mulai dari menggali kubur, memandikan jenazah, mensholati, hingga mentahlilkan. Namun, saudara-saudara kita telah pergi meninggalkan dunia ini. Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan bahwa jika kita memiliki iman kepada Allah dan hari akhir, janganlah menyakiti hati tetangga. Jika kita memiliki iman kepada Allah dan hari akhir, berbuatlah baik pada tetangga, meskipun mereka kafir. Rasulullah memiliki seorang pengikut dari kalangan Yahudi yang selalu diperlakukan dengan baik, sehingga orang Yahudi tersebut tertarik dan akhirnya memeluk Islam. Jika kita memiliki iman kepada Allah dan hari akhir, bicaralah dengan baik. Jika tidak bisa berkata baik, lebih baik diam. Jika kita memiliki iman kepada Allah dan hari akhir, hargailah tetangga. Jika kita memiliki iman kepada Allah dan hari akhir, berikanlah penghormatan kepada tamu.

Dalam sebuah riwayat, Aisyah, istri Nabi, bertanya kepada beliau mengenai tetangga mana yang harus diberi hadiah terlebih dahulu jika dia memiliki dua tetangga. Rasulullah menjawab bahwa tetangga yang pintunya lebih dekat yang harus didahulukan. Dalam riwayat lainnya, Abdullah bin Umar mengatakan bahwa teman yang baik adalah mereka yang banyak berbuat baik. Menjadi tetangga yang baik berarti banyak berbuat baik, karena lebih sulit berbuat baik kepada orang lain daripada menjalankan ibadah yang sudah biasa kita lakukan. Puasa mungkin mudah dilakukan, tetapi menahan diri dalam perkataan sulit dilakukan. Nabi Ibrahim diangkat menjadi Khalilullah karena kebaikan akhlaknya terhadap orang lain.

Demikian intisari pengajian kali ini. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih.


Sumber: Pengajian Kitab Riyadus Sholihin, Kyai Ali Mustofa Said, Masjid Ar Raudoh, 14 Juli 2023.

Komentar